Rabu, 26 Maret 2014

HADITS ARBAIN KE-7: AGAMA ADALAH NASEHAT






 A.   DEFINISI

عَنْ أَبِي رُقَيَّةَ تَمِيْم الدَّارِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ   وَسَلَّمَ قَالَ : الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ . قُلْنَا لِمَنْ ؟ قَالَ : لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُوْلِهِ وَلأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِيْنَ وَعَامَّتِهِمْ .
[رواه مسلم]
Dari Abu Ruqoyah Tamim Ad Daari radhiyallahu anhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Agama adalah nasehat, kami berkata : Kepada siapa?  Beliau bersabda : Kepada Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya dan kepada pemimpan kaum muslimin dan rakyatnya. (Riwayat Muslim)

Dalam kitab Al-Wafi dinyatakan bahwa Hadits ke-tujuh ini diriwayatkan oleh Muslim dalam Kitab Iman yaitu dalam Bab Penjelasan Bahwa Agama Adalah Nasehat Nomor 55. Imam Nawawi berkata “di dalam shahih Bukhari tidak ada riwayat dari Tamim Ad-Dari dari Nabi Muhammad saw".

Ada beberapa makna terkait kalimat An-Nashiihah dalam hadits diatas, diantaranya ; 
1.  An-Nashiihah merupakan kata untuk mengungkapkan keinginan agar terwujudnya kebaikan pada pihak  yang dinasehati. 
2.    An-Nashiihah secara bahasa bisa bermakna :
-          Memurnikan; membersihkan.
Seperti dalam ungkapan nashahtul ‘asal, yang berarti menyaring madu dari kotoran-kotoran dan membersihkannya/ memurnikannya dari segala campurannya.
-          Memperbaiki; menambal kekurangan Nasihat.
Seperti dalam ungkapan nashahahar-rajul tsaubahu, yaitu orang yang menasehati diserupakan dengan seorang laki-laki yang membuat/memperbaiki pakaian.

Hadits ini adalah hadits yang singkat dan padat tapi mencakup arti yang banyak dan faedah yang agung. Para ulama mengatakan bahwa hadits ini merupakan poros ajaran Islam karena mencakup seluruh hukum syariat dan sunnah. Selain itu, dalam Riyadush Shalihin disebutkan bahwa Sesama Kaum Muslimin diharuskan memberi nasihat karena nasihat merupakan tiang agama.


 B.    AGAMA ADALAH NASEHAT
Ada  lima sasaran Nasehat yang terkandung dalam hadits arbain ke-tujuh ini, yaitu:
1.       Nasehat kepada Allah
2.       Nasehat kepada kitabullah
3.       Nasehat kepada Rasulullah
4.       Nasehat kepada para pemimpin muslimin
5.       Nasehat kepada seluruh umat islam

1.    Nasehat kepada Allah
Nasehat kepada Allah merupakan nasehat untuk memurnikan tauhid kepada Allah swt., yang meliputi:
-         nasihat untuk beriman kepada Allah,
-          tidak menyekutukan-Nya dan mermunikan ibadah hanya kepada-Nya,
-    mengimani nama-nama dan sifat-sifatnya dan tidak tersesat dalam meyakini nama-nama dan sifat-sifat Allah dengan segala kesempurnaan dan suci dari segala kekurangan,
-          ikhlas dalam beribadah kepada-Nya,
-          menaati perintah-Nya dan menjauhi maksiat pada-Nya,
-          cinta dan benci karena Allah,
-   memberikan loyalitas kepada orang yang menaati-Nya dan memusuhi orang yang maksiat kepada-Nya

Komitmen seorang muslim terhadap hal tersebut hendaklah secara murni dalam pikiran, perbuatan, maupun ucapan. Manfaat dari semua ini akan kembali pada kita di akhirat maupun di dunia karena Allah tidak membutuhkan nasihat orang-orang yang menasehati.

2.    Nasehat kepada kitabullah
Nasehat kepada kitabullah adalah dengan beriman kepada kitab-kitab samawi yang diturunkan dari sisi Allah. Beriman kepada Al-Qur’an sebagai kitab penutup dan pembenar semua kitab sebelumnya. Ia merupakan kalamullah yang bersifat mukjizat. Allah menjaganya lewat hafalan para penghafal Al-qur’aan dan menjaganya lewat tulisan-tulisan dalam mushaf. Sebagaimana Allah telah menjaminnya berdasarkan firmanNya:
“Sesungguh-Nya Kamilah yang menurunkan Al-Quran dan sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya.” (Al-Hijr :9)

Kewajiban seorang muslim terhadap Al-Qur’an antara lain dengan:
a.       Membaca dan menghafalnya
Diriwayatkan dari Imam Muslim, “Bacalah Al-Qur’an karena ia akan datang pada hari kiamat memberi syafaat kepada para pembacanya”.
Diriwayatkan dari Abu Dawud dan At-Tirmidzi, dikatakan kepada ahli Al-Qur’an bacalah dan naiklah, bacalah Al-Qur’an dengan tartil sebagaimana kamu membacanya di dunia. Sesungguhnya temnpatmu pada akhir ayat yang kamu baca”

b.    Membacanya dengan tartil dan membaguskan suara ketika membacanya sehingga lebih menyentuh hati dan meresap kedalam jiwa.
Imam Muslim meriwayatkan dari Rosulullah saw., “bukan dari golongan kami orang yang tidak memerdukan suaranya dengan Al-Qur’an

c.       Mentaddaburi makna-makna Al-Quran dan memahami ayat-ayat-Nya
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan AL-Qur’an ataukah hati mereka terkunci?” (Q.S. Muhammad:24)

d.     Mengajarkannya kepada generasi muda agar mampu mengemban tanggung jawab dalam menjaga dan menghafalnya.
“Sebaik-baik kamu adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya”

e.      Memahami dan mengamalkannya.
“Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (Ash-Shaff: 2-3)
Sementara dalam Kitab Riyadush Shalihin, dengan singkat dan lugas disebutkan bahwa Nasihat untuk Kitab Allah yaitu dengan membenarkannya, rutin membacanya, mengamalkan isinya dan tidak sedikitpun mengubahnya.

3.    Nasehat kepada Rasulullah
Membenarkan risalahnya, mengimani apa yang dibawanya berupa Al-Quran dan As-Sunnah. Mencintai dan menaati Rosulullah merupakan konsekuensi cinta pada Allah swt.
“Katakanlah, jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihimu (Ali-Imran:31)

Dan taat kepada Rosulullah sama dengan taat kepada Allah sebagaimana firman Allah:
“Siapa yang menaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menaati Allah” (An-Nisaa’:80)
Nasehat kepada Rasulullah setelah beliau meninggal diantaranya dengan
-       mengambil pelajaran dan ibrah dari sejarah hidupnya,
-       berakhlak dengan akhlaknya,
-       menghidupkan kebiasaan dan sunahnya, serta menjauhi kebid’ahan,
-  membenarkan kabar yang datang dari beliau melalui hadits-hadits yang shahih sekalipun tidak terjangkau nalar/ akal pikiran,
-       menyemarakkan da’wahnya dan menyebarkan syariatnya,
-       membelanya dari tuduhan-tuduhan musuh-musuh islam,
-       memuliakan keluarganya dan nasabnya, mencintai ahlul bait.

4.    Nasehat kepada para pemimpin muslimin
Pemimpin kaum muslimin bisa berupa pemerintah atau yang mewakilinya dan bisa juga para ulama dan para tokoh perbaikan (para dai).
Adapun pemerintah penguasa haruslah berasal dari kaum muslim. Sebagaimana firman Allah swt.
“Taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya, dan ulil amri diantara kamu.” (An-Nisaa’:59)

Ada pun nasihat untuk para imam kaum muslimin adalah:
-       Mencintai mereka ketika mereka ada dalam kebenaran, petunjuk, dan keadilan,
-       membantu mereka di atas kebenaran, menaati, dan mengingatkan mereka,
-       mengkritik mereka dengan penuh kasih sayang, hikmah, dan lemah lembut,
-       memberitahu mereka ketika mereka melalaikan hak kaum muslimin,
-       dan menyatukan hati kaum muslimin untuk mentaatinya.

Terhadap pemimpin yang tidak adil kita wajib menasehati mereka dengan mengutarakan perkataan yang adil di depan penguasa  atau pemimpin yang zhalim.

Imam Ibnu Khaldun juga mengatakan tidak boleh dikatakan ‘memberontak’ bagi orang yang melakukan perlawanan terhadap pemimpin yang fasiq. Beliau memberikan contoh perlawanan Al Husein terhadap Yazid, yang oleh Ibnu Khaldun disebut sebagai pemimpin yang fasiq. Apa yang dilakukan oleh Al Husein adalah benar, ijtihadnya benar, dan kematiannya adalah syahid. Tidak boleh dia disebut bughat (memberontak/makar) sebab istilah memberontak hanya ada jika melawan pemimpin yang adil. (Muqaddimah, Hal. 113) 

Imam Nawawi mensyarahkan dalam Riyadush Shalihin bawa nasihat kepada para pemimpin muslimin yaitu dengan mematuhi mereka dalam kebenaran, patuh pada mereka dalam hal tidak ada unsur maksiat kepada Alloh dan Rosul-Nya, menegur mereka ketika mereka salah langkah dan tidak melakukan pemberontakan selama mereka tidak kafir.

5.    Nasehat kepada Seluruh Kaum Muslimin
Dewasa ini banyak kaum muslimin kurang peduli untuk menasehati sesama, terutama dalam hal ukhrawi. Berikut ini adab-adab memberikan nasehat pada kaum muslimin, diantaranya:
-     Menunjuki mereka kapada jalan yang benar yang akan menghantarkan kepada kebaikan akhirat dan dunia.
-       mengajarkan mereka apa-apa yang mereka tidak tahu dari perkara agama,
-       menolong mereka dengan ucapan dan perbuatan,
-       menutupi aurat, aib, atau keburukan mereka,
-       memberikan manfaat untuk mereka dan memerintahkan kepada kebaikan,
-       mencegah mereka dari kerusakan dan kemungkaran dengan lembut dan ikhlas,
-       menyayangi mereka, menghormati yang tua, menyayangi yang muda,
-       mencintai untuk mereka apa-apa yang  dia cintai  berupa kebaikan,
-       membenci untuk mereka apa-apa yang dia benci berupa hal yang dibenci,
-       melindungi harta dan kehormatan mereka,
-       melindungi  keadaan mereka baik dengan ucapan dan perbuatan.

 C.   IBROH
Adapun beberapa ibroh dari hadits ketujuh Arba’in ini adalah sebagai berikut:
1.     Agama Islam berdiri tegak diatas upaya saling menasehati, maka harus selalu saling menasihati di antara masing-masing individu muslim. Sesungguhnya islam terwujud dengan amal sebagaimana terwujud dengan ucapan.
2.    Nasehat hukumnya fardhu kifayah, jika ada seseorang yang melakukannya, maka gugurlah kewajiban dari lainnya.
3.  Nasihat wajib dilakukan sesuai kemampuan. Jika seseorang yang memberi nasehat melihat bahwa nasehatnya dapat diterima, perintahnya ditaati, dan dirinya aman dari marabahaya, maka wajib baginya memberi nasehat. Tetapi jika khawatir menimbulkan mara bahaya, dirinya disakiti, atau terancam jiwanya, kepadanya diberikan pilihan untuk memberi nasehat atau tidak.
4.   Sasaran nasehat adalah lima, yaitu: bagi Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, pemimpin kaum muslimin, dan kaum muslimin pada umumnya.
5.     Anjuran untuk memberikan nasihat pada lima perkara di atas akan membuat muslimin menjaga agamanya dan berpegang teguh dengannya. Karena itulah, Nabi telah menjadikan nasihat itu pada kelima perkara ini.

       D. RUJUKAN
Al-Bugha, Mustafa Dieb. 2013. Al-Wafi Syarah Arbain Nawawi. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar
Imam Nawawi. 2006. Mukhtashar Riyadush Shalihin.
Muslim.or.id 




Kamis, 13 Maret 2014

“Phobia” Inggris

English is "Monster"
Ucup terbilang anak periang yang penuh semangat. Seperti anak-anak pada umumnya, Ucup sangat suka pergi ke sekolah. Ia tergolong anak yang pandai di kelas.  Namun ternyata anak seperti Ucup pun memiliki ketakutan juga. Dia memiliki “phobia”, phobia dalam balajar bahasa inggris. Segala upaya ia kerahkan agar tidak tampak phobianya itu, mulai dari duduk paling depan tanpa berani bertemu mata dengan gurunya, hingga berpura-pura menjadi calm di depan gurunya, tujuannya agar si guru tidak bertanya-tanya pada  dirinya atau disuruh maju ke depan.

Dan ternyata cara ini sangat efektif , ia kerjakan hal itu dr sekolah dasar hingga kuliah setiap kali bertemu pelajaran bahasa inggris. Sebenarnya sesekali sempat terfikirkan olehnya bahwa si guru mungkin mengetahui bahwa dirinya “phobia” entah dari air muka yang tampak jelas atau sikap calm yang tidak biasa dalam dirinya saat jam pelajaran tersebut.

Ucup pun tumbuh menjadi dewasa, kondisi memaksanya untuk bertekad belajar bahasa inggris dengan baik. Ucup lalu mencoba untuk menghipnosis dirinya secara mendalam. Akhirnya ia menemukan bahwa hal yang membuat dirinya phobia adalah "ditertawakan". Yah “ditertawakan”, kali pertama mengenal bahasa inggris ketika duduk di bangku kelas 5 SD, ia sering ditertawakan oleh guru dan teman-temannya, karena tidak bisa menyebutkan “logat inggris” secara benar dan itu terus berulang. Pernah suatu kali ketika ia tidak sengaja berkata "oh my god" dengan mengucapkan "got( goat: kambing)”, pecah membahanalah seisi kelas karena bahasa Inggrisnya si Ucup.  Ia malu dan sangat malu. Hingga kepercayaan dirinya hampir runtuh .

Setiap anak dilahirkan dengan keunikannya masing-masing. Beberapa anak mungkin sangat pandai, tapi anak yang lain sudah berusaha sangat keras untuk belajar tetapi tetap saja tidak mengerti. Nah disinilah pentingnya peran si pendamping anak, entah itu orang tua, guru, kakak, atau ustadz.

Sebagai orang tua sibuk, yang bahkan mendampinginya belajar saja tidak sempat, jangan sampai menjadi orang yang malah menjadi penyebab hancurnya kepercayaan diri si anak. Tidak jarang orang tua atau guru memarahi anak hanya karena nilainya kecil tanpa bertanya dan mengkonfirmasi terlebih dahulu penyebabnya pada si Anak. Menyindirnya atau membandingkannya dengan si fulan yang lebih pintar, menjadi kebiasaan buruk yang sering dilakukan para orang tua atau pendampingnya. 

Hargailah setiap anak sekecil apapun itu. Anak-anak perlu mendapat penghargaan untuk menambahkan kepercayaan dirinya dan semangatnya. Beberapa orang tua atau guru kadang-kadang sangat “pelit” memberikan pujian pada anak-anaknya. Entah ini mungkin subjektif dari Penulis, tapi seorang Ayah biasanya “lebih pelit” untuk memuji anaknya. Padahal figur dari kemandirian dan keberanian terletak pada sang Ayah. Sedikit kado kecil untuk menyemangati si Anak perlu sekali-kali diberikan sebagai penghargaan terhadap kerja kerasnya.



Catatan: Ingatlah, setiap anak dilahirkan dengan keunikannya masing-masing. Setiap anak tentulah membutuhkan treatment yang berbeda-beda. Narasi ini hanyalah sudut kecil perspektif global berdasarkan pengalaman pribadi Penulis dan orang lain.

Jumat, 07 Maret 2014

Tidak Untuk Dimengerti




Karena waktu tak pernah berulang,
Setiap fikiran yang terlanjur membentuk impuls
Setiap impuls yang terlanjur membentuk perintah
Setiap perintah yang terlanjur membentuk gerak ataupun kata
setiap gerak yang terlanjur membentuk perbuatan
ataupun setiap lontaran kata yang terlanjur membentuk kalimat bermakna


karena waktu tak pernah berulang
yang positif akan menyebarkan energi ke sekitar
Begitupun yang negatif akan menyebarkan energi ke sekitar


Ingatlah,
Karena waktu tak pernah berulang
Setiap saat ia merangkak
Detik, menit, jam, hari, bulan, tahun, dasawarsa,….
merangkak pasti menemui limit atasnya
Dan ketika itu hanya tanya, “apa yang tersisa dalam diri kita?”

Rabu, 05 Maret 2014

Wara-Wiri


Hanya seorang pembelajar yang ingin mencoba merombak batas dari ketidakbatasan, potensi luar biasa dalam diri manusia yang kadang hanya perlu sedikit “loncatan” agar muncul ke permukaan.
Kisah, Agama, Budaya, Wisata, Kuliner, Pemerintahan, Hukum, Ekonomi, Teknologi, Sosial, atau bahkan hanya “curcol belaka” akan menjadi wara-wiri yang memenuhi blog ini.
Sebelum saya ngeluarin “uneg-uneg”, dengan kerendahan hati, kepada teman-teman jika ada yang merasa terganggu, baik karena adanya kemiripan nama, karakter, tempat, ataupun kisah dalam blog ini, saya persilakan untuk mengeluarkan kritikan, saran, maupun komentar positifnya. :P

Followers

Flickr Gallery

Follow The Author