A. DEFINISI
عَنْ
أَبِي رُقَيَّةَ تَمِيْم الدَّارِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ . قُلْنَا
لِمَنْ ؟ قَالَ : لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُوْلِهِ وَلأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِيْنَ
وَعَامَّتِهِمْ .
[رواه
مسلم]
Dari Abu Ruqoyah Tamim Ad Daari
radhiyallahu anhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda
: Agama adalah nasehat, kami berkata : Kepada siapa? Beliau bersabda :
Kepada Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya dan kepada pemimpan kaum muslimin dan
rakyatnya. (Riwayat Muslim)
Dalam kitab Al-Wafi
dinyatakan bahwa Hadits ke-tujuh ini diriwayatkan oleh Muslim dalam Kitab Iman
yaitu dalam Bab Penjelasan Bahwa Agama
Adalah Nasehat Nomor 55. Imam Nawawi berkata “di dalam shahih Bukhari tidak
ada riwayat dari Tamim Ad-Dari dari Nabi Muhammad saw".
Ada beberapa makna terkait kalimat An-Nashiihah dalam hadits diatas,
diantaranya ;
1. An-Nashiihah merupakan kata untuk mengungkapkan keinginan agar terwujudnya kebaikan pada pihak yang dinasehati.
2. An-Nashiihah secara bahasa bisa bermakna :
1. An-Nashiihah merupakan kata untuk mengungkapkan keinginan agar terwujudnya kebaikan pada pihak yang dinasehati.
2. An-Nashiihah secara bahasa bisa bermakna :
-
Memurnikan; membersihkan.
Seperti dalam ungkapan
nashahtul ‘asal, yang berarti menyaring madu dari kotoran-kotoran dan
membersihkannya/ memurnikannya dari segala campurannya.
-
Memperbaiki; menambal
kekurangan Nasihat.
Seperti dalam ungkapan nashahahar-rajul
tsaubahu, yaitu orang yang menasehati diserupakan dengan seorang laki-laki yang
membuat/memperbaiki pakaian.
Hadits ini adalah hadits yang
singkat dan padat tapi mencakup arti yang banyak dan faedah yang agung. Para
ulama mengatakan bahwa hadits ini merupakan poros ajaran Islam karena mencakup
seluruh hukum syariat dan sunnah. Selain itu, dalam Riyadush Shalihin
disebutkan bahwa Sesama Kaum Muslimin diharuskan memberi nasihat karena nasihat
merupakan tiang agama.
B.
AGAMA ADALAH NASEHAT
Ada lima sasaran Nasehat yang terkandung dalam hadits arbain ke-tujuh ini, yaitu:
1.
Nasehat kepada Allah
2.
Nasehat kepada kitabullah
3.
Nasehat kepada Rasulullah
4.
Nasehat kepada para pemimpin
muslimin
5.
Nasehat kepada seluruh umat
islam
1. Nasehat kepada Allah
Nasehat kepada Allah
merupakan nasehat untuk memurnikan tauhid kepada Allah swt., yang meliputi:
- nasihat untuk beriman kepada
Allah,
-
tidak menyekutukan-Nya dan mermunikan
ibadah hanya kepada-Nya,
- mengimani nama-nama dan
sifat-sifatnya dan tidak tersesat dalam meyakini nama-nama dan sifat-sifat
Allah dengan segala kesempurnaan dan suci dari segala kekurangan,
- ikhlas dalam beribadah
kepada-Nya,
- menaati perintah-Nya dan
menjauhi maksiat pada-Nya,
- cinta dan benci karena Allah,
- memberikan loyalitas kepada
orang yang menaati-Nya dan memusuhi orang yang maksiat kepada-Nya
Komitmen seorang muslim terhadap hal tersebut hendaklah secara murni
dalam pikiran, perbuatan, maupun ucapan. Manfaat dari semua ini akan kembali pada
kita di akhirat maupun di dunia karena Allah tidak membutuhkan nasihat
orang-orang yang menasehati.
2. Nasehat kepada kitabullah
Nasehat kepada kitabullah adalah dengan beriman
kepada kitab-kitab samawi yang diturunkan dari sisi Allah. Beriman kepada
Al-Qur’an sebagai kitab penutup dan pembenar semua kitab sebelumnya. Ia
merupakan kalamullah yang bersifat mukjizat. Allah menjaganya lewat hafalan
para penghafal Al-qur’aan dan menjaganya lewat tulisan-tulisan dalam mushaf.
Sebagaimana Allah telah menjaminnya berdasarkan firmanNya:
“Sesungguh-Nya Kamilah
yang menurunkan Al-Quran dan sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya.”
(Al-Hijr :9)
Kewajiban seorang muslim
terhadap Al-Qur’an antara lain dengan:
a.
Membaca dan menghafalnya
Diriwayatkan dari Imam
Muslim, “Bacalah Al-Qur’an karena ia akan datang pada hari kiamat memberi
syafaat kepada para pembacanya”.
Diriwayatkan dari Abu
Dawud dan At-Tirmidzi, dikatakan kepada ahli Al-Qur’an bacalah dan naiklah,
bacalah Al-Qur’an dengan tartil sebagaimana kamu membacanya di dunia.
Sesungguhnya temnpatmu pada akhir ayat yang kamu baca”
b. Membacanya dengan tartil dan
membaguskan suara ketika membacanya sehingga lebih menyentuh hati dan meresap
kedalam jiwa.
Imam Muslim meriwayatkan
dari Rosulullah saw., “bukan dari golongan kami orang yang tidak memerdukan
suaranya dengan Al-Qur’an
c.
Mentaddaburi makna-makna
Al-Quran dan memahami ayat-ayat-Nya
“Maka apakah mereka tidak
memperhatikan AL-Qur’an ataukah hati mereka terkunci?” (Q.S. Muhammad:24)
d. Mengajarkannya kepada generasi muda
agar mampu mengemban tanggung jawab dalam menjaga dan menghafalnya.
“Sebaik-baik kamu adalah
orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya”
e.
Memahami dan mengamalkannya.
“Hai orang-orang yang
beriman, mengapa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar
kebencian Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.”
(Ash-Shaff: 2-3)
Sementara dalam Kitab
Riyadush Shalihin, dengan singkat dan lugas disebutkan bahwa Nasihat untuk
Kitab Allah yaitu dengan membenarkannya, rutin membacanya, mengamalkan isinya
dan tidak sedikitpun mengubahnya.
3. Nasehat kepada Rasulullah
Membenarkan risalahnya,
mengimani apa yang dibawanya berupa Al-Quran dan As-Sunnah. Mencintai dan
menaati Rosulullah merupakan konsekuensi cinta pada Allah swt.
“Katakanlah, jika kamu
(benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihimu
(Ali-Imran:31)
Dan taat kepada
Rosulullah sama dengan taat kepada Allah sebagaimana firman Allah:
“Siapa yang menaati Rasul
itu, sesungguhnya ia telah menaati Allah” (An-Nisaa’:80)
Nasehat kepada Rasulullah
setelah beliau meninggal diantaranya dengan
-
mengambil pelajaran dan ibrah
dari sejarah hidupnya,
-
berakhlak dengan akhlaknya,
- menghidupkan kebiasaan dan
sunahnya, serta menjauhi kebid’ahan,
- membenarkan kabar yang datang
dari beliau melalui hadits-hadits yang shahih sekalipun tidak terjangkau nalar/
akal pikiran,
-
menyemarakkan da’wahnya dan
menyebarkan syariatnya,
-
membelanya dari tuduhan-tuduhan
musuh-musuh islam,
-
memuliakan keluarganya dan
nasabnya, mencintai ahlul bait.
4. Nasehat kepada para
pemimpin muslimin
Pemimpin kaum muslimin
bisa berupa pemerintah atau yang mewakilinya dan bisa juga para ulama dan para
tokoh perbaikan (para dai).
Adapun pemerintah
penguasa haruslah berasal dari kaum muslim. Sebagaimana firman Allah swt.
“Taatilah Allah dan
taatilah Rasul-Nya, dan ulil amri diantara kamu.” (An-Nisaa’:59)
Ada pun nasihat untuk
para imam kaum muslimin adalah:
-
Mencintai mereka ketika mereka
ada dalam kebenaran, petunjuk, dan keadilan,
-
membantu mereka di atas
kebenaran, menaati, dan mengingatkan mereka,
-
mengkritik mereka dengan penuh
kasih sayang, hikmah, dan lemah lembut,
-
memberitahu mereka ketika
mereka melalaikan hak kaum muslimin,
-
dan menyatukan hati kaum
muslimin untuk mentaatinya.
Terhadap pemimpin yang
tidak adil kita wajib menasehati mereka dengan mengutarakan perkataan yang adil
di depan penguasa atau pemimpin yang zhalim.
Imam Ibnu Khaldun juga
mengatakan tidak boleh dikatakan ‘memberontak’ bagi orang yang melakukan
perlawanan terhadap pemimpin yang fasiq. Beliau memberikan contoh perlawanan Al
Husein terhadap Yazid, yang oleh Ibnu Khaldun disebut sebagai pemimpin yang
fasiq. Apa yang dilakukan oleh Al Husein adalah benar, ijtihadnya benar, dan
kematiannya adalah syahid. Tidak boleh dia disebut bughat (memberontak/makar)
sebab istilah memberontak hanya ada jika melawan pemimpin yang adil. (Muqaddimah,
Hal. 113)
Imam Nawawi mensyarahkan
dalam Riyadush Shalihin bawa nasihat kepada para pemimpin muslimin yaitu dengan
mematuhi mereka dalam kebenaran, patuh pada mereka dalam hal tidak ada unsur
maksiat kepada Alloh dan Rosul-Nya, menegur mereka ketika mereka salah langkah
dan tidak melakukan pemberontakan selama mereka tidak kafir.
5. Nasehat kepada Seluruh Kaum
Muslimin
Dewasa ini banyak kaum
muslimin kurang peduli untuk menasehati sesama, terutama dalam hal ukhrawi.
Berikut ini adab-adab memberikan nasehat pada kaum muslimin, diantaranya:
- Menunjuki mereka kapada jalan yang
benar yang akan menghantarkan kepada kebaikan akhirat dan dunia.
-
mengajarkan mereka apa-apa yang
mereka tidak tahu dari perkara agama,
-
menolong mereka dengan ucapan
dan perbuatan,
-
menutupi aurat, aib, atau
keburukan mereka,
-
memberikan manfaat untuk mereka
dan memerintahkan kepada kebaikan,
-
mencegah mereka dari kerusakan
dan kemungkaran dengan lembut dan ikhlas,
-
menyayangi mereka, menghormati
yang tua, menyayangi yang muda,
-
mencintai untuk mereka apa-apa
yang dia cintai berupa kebaikan,
-
membenci untuk mereka apa-apa
yang dia benci berupa hal yang dibenci,
-
melindungi harta dan kehormatan
mereka,
-
melindungi keadaan mereka
baik dengan ucapan dan perbuatan.
C.
IBROH
Adapun
beberapa ibroh dari hadits ketujuh Arba’in ini adalah sebagai berikut:
1. Agama Islam berdiri tegak diatas
upaya saling menasehati, maka harus selalu saling menasihati di antara
masing-masing individu muslim. Sesungguhnya islam terwujud dengan amal
sebagaimana terwujud dengan ucapan.
2. Nasehat hukumnya fardhu
kifayah, jika ada seseorang yang melakukannya, maka gugurlah kewajiban dari
lainnya.
3. Nasihat wajib dilakukan sesuai
kemampuan. Jika seseorang yang memberi nasehat melihat bahwa nasehatnya dapat
diterima, perintahnya ditaati, dan dirinya aman dari marabahaya, maka wajib
baginya memberi nasehat. Tetapi jika khawatir menimbulkan mara bahaya, dirinya
disakiti, atau terancam jiwanya, kepadanya diberikan pilihan untuk memberi
nasehat atau tidak.
4.
Sasaran nasehat adalah lima,
yaitu: bagi Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, pemimpin kaum muslimin, dan kaum
muslimin pada umumnya.
5.
Anjuran untuk memberikan
nasihat pada lima perkara di atas akan membuat muslimin menjaga agamanya dan
berpegang teguh dengannya. Karena itulah, Nabi telah menjadikan nasihat itu
pada kelima perkara ini.
D. RUJUKAN
Al-Bugha,
Mustafa Dieb. 2013. Al-Wafi Syarah Arbain Nawawi. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar
Imam
Nawawi. 2006. Mukhtashar Riyadush Shalihin.