Senin, 04 April 2016

القواعد الخمسة : الأمور بمقاصدها




 الأمور بمقاصدها
Segala Perkara Tergantung pada Niatnya







Dasar-dasar kaidah hukum pertama :
وما امروا الّا ليعبدوا اللّه مخلصين له الدين حنفاء (البينة : 5)
Dan tidaklah mereka diperintahkan kecuali untuk menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus

ومن يرد ثواب الدنيا نؤته منها ومن يرد ثواب الأخرة نؤته منها (ال عمران : 145)
Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya kami berikan padanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, kami berikan pula pahala akhirat itu.

إنّمأ الأعمال بالنيّات و إنّما لكلّ امرىء ما نوى.......(أخرجه البخارى و مسلم عن عمر إبن الخطاب)
Sesungguhnya segala amal hanyalah menurut niatnya, dan sesungguhnya bagi seseorang itu hanyalah apa yang diniatkannya.

Kaidah-kaidah Cabang dari Kaidah Pertama
1.     العبرة في العقود للمقاصد و المعاني لا للأَلْفَاظ و المَبَاني
Yang dianggap dalam akad adalah maksud-maksud dan makna-makna, bukan lafadz-lafadz dan ungkapannya.
Contoh, seorang berkata “saya hibahkan barang ini untukmu selamanya, tetapi saya minta uang satu juta rupiah”, meskipun lafadznya “hibah”, namun dengan adanya permintaan uang, maka akad tersebut bukanlah hibah, melainkan akad jual beli dengan segaal akibatnya.

2.     مَقَاصِدُ اللَفْظِ على نيَّة الّافِظِ
Tujuan dari lafadz sesuai dengan niat orang yang mengucapkannya.
Maksud kata-kata seperti, hibah, nazar, sholat, sedekah,dst harus dikembalikan kepada niat orang yang mengucapkan kata tersebut, apakah maksud dari sedekah itu zakat atau sedekah sunnah, dll.

3.     النيّة في اليمين تُخَصِّصُ اللَفْظِ العَام ولا تعمِّمُ الخَاصَ
Niat dalam sumpah mampu mengkhususkan kata yang masih umum, namun (niat) tidak bisa mengubah kata yang bermakna khusus menjadi umum.
Untuk menjelaskan kaidah ini diperluka 2 contoh, yaitu:
a.     تُخَصِّصُ العَام بالنيّة
Seorang bersumpah tidak berbicara dengan siapapun, namun dalam hatinya hanya meniatkan tidak berbicara dengan Zaid. Maka meski lafadz sumpahnya umum, dia tidak dianggap melanggar sumpah jika berbicara dengan selain Zaid, karena niat mampu mengkhususkan kata yang masih umum
b.    تعمِّمُ الخَاصَ بالنيّة
Seorang bersumpah untuk tidak meminum air si Fulan, namun dalam hatinya dia berniat untuk tidak mengambil manfaat apapun dari air tersebut. Maka dia tidak dianggap melanggar sumpah ketika ia menggunakan air tersebut untu mandi karena niatnya tidak dapat membuat lafadz yang khusus menjadi umum.

4.     لَو اخْتَلَفَ اللِسَانُ و القَلْبُ فالمعتبرُ ما في القَلْبِ
Apabila berbeda antara yang diucapkan dan di dalam hati, maka yang dianggap benar adalah apa yang di dalam hati
Contoh: Jika kita niat wudhu, kemudian yang diucapkan untuk mendinginkan badan, maka wudhu tetap sah

5.     لا يَلْزَمُ نِيَةُ العِبَادَةِ في كُلِّ جُزْءٍ إنّما تَلْزِمُ في جُمْلَةٍ ما يَفْعَلُهُ
Tidak wajib niat ibadah dalam setiap bagiannya, tetapi niat wajib dalam keseluruhan yang dikerjakan
Contoh: ketika sholat cukup niat sholat, tidak perlu berniat untuk setiap rukunnya

6.     كُلُّ مُفرِّضَيْنِ فلا تَجْزِيْهِماَ نِيةٌ واحدٌّ إلاّ الحخّ و العُمْرَةِ
Setiap 2 kewajiban tidak boleh dengan 1 niat, kecuali ibadah haji dan umroh

7.     كلّ ما كان له أصْلٌ فلا يَنتَقِلُ عن أصْلِهِ بِمُجَرَّدِ النِّيَة
Setiap perbuatan pokok, maka tidak bisa berpindah dari yang asal karena semata-mata niat.
Contoh: seorang niat sholat Dhuhur, kemudian setelah 1 rakaat pindah niat ke sholat tahiyatul masjid, maka batal sholat dhuhurnya.



Referensi:
1.  Djazuli, A. 2014. Kaidah-Kaidah Fikih, Hal : 33 – 42. Jakarta: Kencana.  
2. Mudjib, Abdul. 2013. Kaidah-Kaidah Ilmu Fiqih (Al-Qowa’idul Fiqhiyyah), Hal: 10 – 19. Jakarta : Kalam Mulia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Followers

Flickr Gallery

Follow The Author